FUJIHARU – Kendala dalam mengajar bahasa Indonesia banyak macam dan jenisnya, apalagi jika aku harus menjelaskannya ke penutur asing seperti orang Jepang. Terkadang aku harus menjelaskan atau memberikan contoh soal atau kalimat dalam bahasa Indonesia sekaligus bahasa Jepangnya. Jika tetap nggak mengerti, aku langsung menggunakan bahasa ketiga dengan bahasa Inggris. Jika nggak mengerti juga, aku hanya pasrah padamu, tuhan. Hehehe.
Pixabay |
Sebelumnya aku ingin share informasi bahwa aku merupakan pengajar bahasa Indonesia gadungan. Kenapa? Karena aku nggak mengikuti pelatihan atau belajar secara resmi bagaimana menjadi seorang guru bahasa Indonesia yang baik dan benar bagi seorang penutur asing. Aku menjadi pengajar karena aku ingin mencoba dunia baru sebagai pengajar bahasa Indonesia untuk orang Jepang.
Baca Juga: Pengalaman pertama mengajar bahasa Indonesia ke orang Jepang
Apa hanya dengan modal nekat menjadi pengajar bahasa Indonesia?
Nggak juga. Aku dulu suka belajar bahasa, suka baca novel, baca surat kabar yang menurut aku bisa menambah skill aku dalam berbahasa Indonesia. Satu lagi, aku juga bisa bahasa Jepang, ya meskipun nggak mahir banget, setidaknya untuk berbicara sehari hari, aku masih bisa. Lalu aku juga bisa bahasa Inggris level percakapan sehari hari.
Bagi aku, itu bisa menjadi satu senjata untuk menjadi pengajar bahasa Indonesia bagi orang Jepang yang ingin belajar bahasa Indonesia.
Namun, alangkah lebih baiknya jika ikut pelatihan sebagai guru bahasa Indonesia untuk orang asing. Sayang, pelatihan tersebut seringnya di kota besar yang notabene pas hari kerja atau libur.
Baca Juga: Perbedaan Sukoshi 少し dan Sukunai 少ない
Hari kerja? Hari libur?
Iya sih, cuma aku kan seorang freelance, terkadang waktu kerjanya nggak sama. Bahkan pas hari liburpun, aku kerja, atau pas hari kerja, aku juga sama kerja, cuma beda waktunya. Biasanya saat sore hari mengajar bahasa Indonesia atau bahasa Jepang di perusahaan.
Meskipun pelatihannya di Jakarta, kota besar, aku agak susah jika harus ke sana. Kendaraannya terkadang susah diakses saking berliku likunya kendaraan. Btw, aku di Karawang.
Bagi orang asing yang ingin belajar bahasa Indonesia dengan trainer handal dan profesional, bisa mengklik website BIPA (bahasa Indonesia bagi Penutur Asing).
If you want to learn bahasa Indonesia, you can learn from the best trainer by clicking BIPA website.
Baca Juga: Corona virus vocabulary dalam bahasa Jepang
Aku juga udah baca sih, cuma nggak begitu detail. Aku udah mendownload bahan atau materi belajar bahasa Indonesia dasar sampai yang level mahir.
Ibaratnya, RPP juga ada di situ. Pokoknya sudah disediakan dengan komplit. Cuma, pas aku baca sekilas bacaannya, agak aneh. Kenapa? Soalnya kadang aku sebagai orang Indonesia nggak mengatakan kata kata yang ada di buku itu juga. Tapi, sebagai bahasa standar yang baik dan benar, mungkin harusnya seperti itu kali ya.
Bagi yang mau tahu berapa biaya kursus bahasa Indonesia bagi penutur asing, bisa menanyakan ke website tersebut ya.
Pixabay |
Jika aku menelisik youtube, kebanyakan orang orang Korea belajar bahasa Indonesia. Bagaimana dengan orang Jepang?
Saat ini, aku beberapa kali menemukan orang Jepang yang belajar bahasa Indonesia dari buku buku tentang wisata di Bali yang telah disadur menjadi bahasa Jepang. Mereka dengan mudah membaca buku guide tersebut sekalian mengetahui Bali dan budayanya. Aku lupa judul bukunya, tapi aku melihatnya di toko buku kinokuniya.
Baca Juga: Bahasa Jawa Indramayu: Nggak diakui Jawa Tengah dan Jawa Timur
Banyak orang Jepang juga belajar bahasa Indonesia dari interpreter perusahaannya atau dari freelance yang diambil dari lembaga bahasa.
Lalu buku lain yang digunakan adalah Indonesia shoho. Bukunya warna hijau. Katanya sih banyak sekali yang menggunakan. Saat ini aku juga menggunakan, tapi masih bab bab awal. Susah sekai lho mengajar bahasa Indonesia ke orang Jepang.
Berikut ini adalah kesulitan atau hambatan yang aku alami selama mengajar bahasa Indonesia:
1. Bentuk awalan dan akhiran
Aku masih bingung jika menjelaskan bentuk awalan dan akhiran dalam bahasa Indonesia ke orang Jepang. Jepang juga ada sih seperti Yasashii (kata sifat) menjadi Yasashisa. Tapi ketika menjelaskan ke bahasa Jepang, bingung. Hehehe.
2. Kata kerja
Kata kerja Jepang gampang diketahui karena akhirannya pasti “mashita” atau bentuk “ta”. Berbeda dengan bahasa Indonesia, kita nggak ada kata lampau. Jika ingin kata lampau, kita cukup menambahkan “telah”, “sudah”, “dulu”, dll.
3. Kemampuan aku minim
Ini juga alasan yang membuat aku kesusahan. Jika kemampuan mengajar bahasa Indonesia dan kemampuan bahasa Jepang bagus, maka bukan lagi kendala kali ya.
Fuji san, iro iro benkyoushite kudasai.
4. Kata baku, slang, dan bahasa daerah bercampur
Ini juga bisa jadi masalah lho.
“Lo bagaimana kabarnya?”
“Lu gimana kabarnya?”
“Bagaimana kabar anda?”
“Kabar kamu bagaimana?”
“Situ sehat?”
“Sehat, jang?”
Kadang saking banyaknya, mereka bingung ketika menemukan arti sama, tapi bentuk yang berbeda.
Baca Juga: Gaji freelance guru bahasa Jepang
5. Pelafalan
Coba deh minta orang Jepang bilang “pulang”, maka dia akan bilang, “purang”. Atau “bersungguh sungguh”, maka dijamin lidahnya keseleo. Hahaha. Atau akhiran “N”. Pasti mereka akan bingung kapan menggunakan akhiran n atau ng.
Tapi, dibalik kesulitan tersebut, banyak juga hal positif yang aku dapatkan dengan menjadi pengajar bahasa Indonesia. Apa saja itu?
1. Koneksi bertambah
Iya, soalnya aku bisa berkenalan, bahkan berkomunikasi dengan orang orang yang mempunyai jabatan tinggi di suatu perusahaan. Minimal dengan manager HRD perusahaan tersebut. Untuk posisi tertinggi, pastinya presider direktur perusahaan tersebut. Awalnya sih aku agak kikuk mengajar presiden direktur itu, lama kelamaan seru juga kok karena kenal banyak orang.
2. Ilmu bertambah
Bahasa Jepang aku semakin bertambah karena aku bisa menanyakan apapun dalam bahasa Jepang. Kita jadi saling tukar informasi. Informasi penting yang aku dapatkan dari obrolan dengan salah satu presiden direktur di perusahaan Karawang adalah penggunakan “nan nin kyoudai desuka?” dan “kyoudai wa nan nin desuka”. Ternyata penggunaannya sama, meskipun ada sedikit tambahan informasi.
Pixabay |
3. Pengalaman berlipat ganda
Karena aku menjadi pengajar bahasa Indonesia, maka aku juga mendapatkan pengalaman lebih bagaimana menjelaskan secara efektif ke orang Jepang terhadap suatu masalah atau cara belajar.
Terkadang, hal sepele bagi kita justru serasa besar bagi mereka lho. Salah satu contohnya adalah penggunaan “jangan” dan “tidak boleh”.
4. Fee menarik
Menjadi pengajar bahasa Indonesia ke orang Jepang fee nya gede lho. Bahkan lebih gede daripada mengajar bahasa Jepang.
Satu pertemuan berdurasi satu jam atau satu jam setengah saja, kamu bisa mendapatkan fee di atas 300 ribu rupiah. Tiap orang, pengalaman, daerah juga mempengaruhi ya.
5. Sumber informasi
Karena menjadi pengajar bahasa Indonesia bagi orang Jepang, maka kita juga punya banyak koneksi yang bisa kita tanya apakah mereka butuh tenaga kerja atau lainnya. Siapa tahu ada saudara, tetangga yang membutuhkan pekerjaan dan kita tahu ada lowongan di perusahaan tersebut. Disebut nepotisme nggak ya? Cuma ngasih informasi aja sih, bukan minta agar masuk ke perusahaan tersebut.
Baca Juga: Arti Azasu dalam bahasa Jepang
Banyak lho keuntungan atau kelebihan lain menjadi seorang pengajar bahasa Indonesia untuk orang asing, khususnya orang Jepang.
Kalo kamu, ada pengalaman lain juga? Jika ada yang salah atau mau menambahkan, silahkan komentar di bawah ya! Terimakasih. Arigatou. Azasu.