FUJIHARU – Bagaimanakah kondisi perkereta api an di Jepang? “Aku baik baik saja”. Jangan dinyanyikan! Hehehe. Menarik sekali untuk membicarakan tentang perkereta api an di Jepang. Kereta api di Jepang merupakan alat transportasi yang sangat vital. Hampir sebagaian besar orang Jepang menggunakannya. Kaya, miskin, tua, muda, anak anak menggunakan moda transportasi ini. Disamping murah, perjalanan akan lebih menghemat waktu. Itupun tentu saja kalo ada disekitar jalur kereta api ya. Bagi yang kondisi geografisnya pegunungan atau pulau, kemungkinan akan menggunakan bus, sepeda, sepeda motor atau mobil pribadi. Yang pasti, kondisinya Saikou! Terbaik.
Salah satu moda transportasi yang paling aku suka selain sepeda adalah kereta, karena aku bisa melamun dan melihat ladang ladang atau bangunan indah yang berjalan kebelakang. Serasa di film film.
Kondisi kereta api di Jepang tidak semuanya baru lho. Bahkan yang udah cukup lama pun masih ada, sampai yang kursinya masih berupa busa beludru jaman dulu masih ada. Biasanya ditemukan dikereta yang melewati pedesaan. Saat itu aku menggunakan kereta dari Chuo Maebashi menuju Kiryu. Bahkan sepedapun bisa masuk dalam kereta lho. Kalo kereta ramai pastinya nggak boleh. Wait, tapi kan ada peraturannya sepeda juga boleh masuk kereta? Benar, asal bisa dilipat! jadi untuk sepeda kecil yang bisa dilipat, boleh masuk kereta biasa. Kalo sonomama, nggak boleh lah, kan mengganggu orang lain.
Kereta Jepang terbagi menjadi beberapa tipe, ada yang shinkansen, tokyuu, futsu, dll. Jenis kereta tersebut bisa dilihat dari kecepatan, berhenti tidaknya distasiun kecil, jarak dan lainnya. Bagi kalian yang ada uang lebih, patut coba shinkansen. Jarak Tokyo-Maebashi yang biasanya diperlukan sekitar 2-3 jam bisa ditempuh dalam waktu 30-45 mnit. Cepat banget kan?
Baca Juga:
Keunikan kereta api Jepang adalah adanya penghangat jika musim dingin tiba. Iya, musim gugur akhir, musim dingin dan awal musim semi biasanya kereta api menggunakan penghangat yang posisinya berada disekitar kaki. So, kita tidak perlu merasa kedinginan disaat musim tersebut. Kalo di Indonesia cukup dengan AC aja kali ya.
Source Google |
Fasilitas kereta api di Jepang sebenarnya cukup bagus lho, cuma aku belum pernah menemukan kereta yang ada toiletnya, kecuali shinkansen kalo nggak salah. Kenapa? Soalnya wc biasanya hanya ada di satiun stasiun. Dan dijamin, WC nya tuh bersih banget, nggak kayak di Indonesia. Hahah soalnya kalo di Indonesia -sekitar pantura- udah kita bayar duit, eh nggak begitu bersih. Di Jepang mah bersih. Cuma yang kurang disukai biasanya toilet kering, alias cebok pake tisu. Hahaha.
Source Google |
Cara masuk ke kereta hampir sama dengan di Indo. Yang turun akan didahulukan, lalu yang naik setelahnya. Jadwal kereta juga selalu tepat lho. Makanya orang Jepang selalu menghargai waktu. Abisnya ketinggalan beberapa menit aja sama aja ketinggalan kereta. Mending cuma kereta, kalo gara gara ketinggalan kereta terus kehilangan kontrak bisnis yang harganya jutaan gimana? Hehehe.
Para penumpang kereta juga sangat susah untuk dikategorikan sebagai si kaya, miskin, dll, soalnya naik kereta ya karena mereka butuh yang cepat dan murah. Juga rasa hemat energinya luarbiasa. Jika mereka naik bus atau mobil pribadi, maka akan mengakibatkan macet, duit tambahan untuk beli bensin dan tentu saja jadi menggunakan sumber daya minyak. Jika menggunakan kereta api, mereka beranggapan akan menghemat energi. Pemikiran yang luar biasa.Kereta api juga sering dijadikan tempat bertemu. Aku sering melakukannya untuk janjian ke tempat tertentu atau ketika akan baito.
Source Google |
Bagaimana dengan rush hour? apakah sama padatnya dengan Indonesia? Sama….bedanya di Jepang lebih tertib dan wangi. Ehem… Sensitif. Bukannya menjelekan orang kita ya. (Ngaca! Aku juga sama bau nya) mereka menggunakan wewangian yang nggak menusuk hidung, jadi ya ketika berdesakan ya perasaannya berdesakan aja, juga senyap. Kalo di Indonesia, udah bau, ada parfum juga menyengat. Yang bikin risih pastinya ribut. Udah tau kita berdesakan dan kesusahan, eh ada juga yang ribut ngobrol. Kalo Jepang sih nggak boleh, bahkan ada peraaturan di kereta nggak boleh menerima telpon. Aku bahkan pernah ditegur karena menerima telpon ama masinisnya. Abisnya lupa ketika menerima telpon dari teman Jepang. Untung saat itu suasannya lagi sepi.
Nggak enaknya di kereta Jepang, jika ada yang mabuk atau rese, terus dia bikin ulah ke beberapa orang, kebanyakan dari mereka hanya diam atau pergi meninggalkan. Aku merasa, kesan saling memabantunya kurang. Kalo di Indonesia kan, misal si pemabuk itu rese, maka dia akan disuruh turun atau ada semacam sangsi sosial. Untungnya orang Jepang mabuk yang rese nggak begitu banyak.
Rata rata kereta beroperasi dari jam 5 pagi sampai jam 12 malam. Nah, di beberapa stasiun mungkin penjaganya sudah nggak ada. Serba mesin ya.