FUJIHARU – Menjadi seorang Japanese Trainer adalah satu keinginan aku. Ntah kenapa aku suka sekali dengan dunia training atau education. Makanya, ketika ditawari sebagai Japanese Trainer, aku sangat bersemangat untuk mendatangi perusahaan tersebut. Tapi suara yang hilang karena kaze (masuk angin) dan flu menghentikan jalan itu.
Perjalanan bekasi karwang aku tempuh kurang lebih sekitar 2 jam. Nama kawasan yang akan aku datangi adalah KIIC, wilayah industri yang cukup terkenal di karawang. Perjalanan aku lakukan dengan motor. Aku kira perjalanan ini akan membutuhkan waktu sekitar 3 jam, soalnya ketika aku datang interview ke wilayah EJIP cikarang yang jaraknya lebih deket membutuhkan waktu 3 jam. Kok bisa? Mungkin ketika aku ke cikarang, banyak waktu yang terbuang ketika aku lihat google map dan macet yang luarbiasa. Berbeda dengan ke karawang. Disamping aku sedkit tahu jalannya (karena Cuma lurus doang), aku juga lebih gampang menemukan perusahaanya. Malahan ada beberapa jam sebelum interview aku ketemu teman yang ada di Karawang.
Baca Juga:
Perusahaan yang aku datangi sebenarnya salah, soalnya aku datang di plant yang khusus produksi, padahal kan aku harus interview sama orang HRGA nya, so nggak ketemu. Aku disarankan pe perusahaan yang utamanya.
Di perusahaan yang utama, aku bertemu dengan saingan aku semua. Ada yang seorang dosen, profesional dibidangnya, bahkan yang masih kerja di perusahaan pun ada. Beberapa info yang aku tahu tentang interview itu adalah perusahaan sepertinya membutuhkan karyawan yang bisa bahasa Jepang.
Satu kandidat dipanggil untuk interview di lantai atas bersama interviewer. Aku deg degan jika hal itu terjadi. Ntah kenapa jika dipanggil orang yang posisinya lebih atas dari kita secara pengetahuan atau jabatan, deg degan aja bawaannya. Cepat, itu yang aku ingat ketika seorang wanita keluar dari ruang interview: 10 menit. Kok cepet banget ya. Orang keduapun dipanggil. Kali ini sekitar 18 menit berlalu. Aku makin was was. Kok berbeda ya. Tibalah saat aku dipanggil. Waktu yang aku butuhkan bahkan lebih lama: 30 menit.
Didalam interview, aku hanya bertemu dengan orang Indonesia yang mengenalkan sedikit perusahaan padaku dan kenapa aku ke perusahaan ini.
Aku utarakan bahwa aku ingin menjadi Japanese Trainer dan menceritakan background lainnya. Setelah ngobrol beberapa saat, aku dipersilahkan untuk microteaching diperushaannya. Tentu saja aku suka, cuma berhubung suara aku yang lagi nggak fit, aku pasrah dengan keadaan dan tentu saja tetep berusaha meski suara kadang tercegat ditenggorakan. Topik yang aku gunakan adalah mengenalkan huruf Hiragana. Bukan tanpa alasan mengajarkan ini. Kebanyakan orang Indonesia cukup takut duluan jika tulisan bahasa Jepang itu sulit. Nah aku mau ngasih tahu kalo orang yang dari 0 bisa langsung bisa dengan metode yang tepat. Aku kenalkan 10 huruf ke orang tersebut dan dia bisa 100%. Tapi, that was not absolutely great. Satu orang itu nggak amazed dengan apa yang aku tunjukan. Well, i should accept what they told me.
Lowongan Pengajar Bahasa Jepang yang perlu N1
Dia dengan pede nya bahwa aku ngajar dengan tulisan, padahal mereka nggak butuh bisa tulisan. Mereka hanya butuh ngomong, bisa mengutarakan apa yang mereka mau atau ketika japanese nanya, setidaknya mereka langsung jawab. Tapi, pembelaan aku adalah memang benar yang dia omongkan, Cuma Situ kan minta micro teaching, dan aku hanya mengajarkan topik mengingat kananya. Kalo kamu mau tahu ya datang di kelasku ketika aku ngajar kursus. Semua hal akan dibahas. Tentu saja sekitar 80 % aku ngajar untuk bicara, sisanya untuk menulis. Tapi, im not qualified. Hahaha
Lalu, saking karena aku kesel, aku jadi menjelekan dia. Hahaha Nggak sih, maksudnya tuh gini. Dia menceritakan kehidupannya. Pernah menjadi dosen di sebuah universitas negeri ternama, pengajar para pejabat, kuliah di Amerika dan kini dia mempunyai perusahaan sendiri. Well, ok kamu hebat. Kamu juga ngajarin aku bagaimana agar mengajar yang baik di kelas. Duduk dengan menyilangkan kaki, lalu dengan gaya, “Well, class,,,please open the book page…… Kamu harus bisa memainkan dinamika suara kamu agar tidak membosankan.” Wait, thats lil bit insulted. Aku lagi nggak enak badan dan tenggorakan sakit. I did my best and the way you teach was contradictif. Why? There is no dinamic sound at your voice. And you said you would throw your pen on to student? Are you sure? What about if ur student is goverment people who want to learn english. I bet you didnt do that. It depend the condition. Situational. But, thank you for advice. It means alot.
Sebenarnya pikiran negatif itu belum ada setelah interview tersebut. Bahkan aku cukup yakin bisa menjadi bagian dari perusahaan tersebut. Namun kehendak lain datang, Heheh aku nggak diterima dan aku memunculkan pikiran aneh tersebut.
Maaf ya pak, belum bisa dewasa dan menerima kekalahan ini. Heheh Semoga dengan banyaknya pengalaman tersebut bisa menjadikan aku semakin baik lagi.