FUJIHARU – Aku salut banget sama orang Jepang dalam hal kerja. Bahkan mereka menomor satukan pekerjaan daripada keluarganya. Sangat kontras dengan orang Indonesia yang menganggap bahwa keluarga adalah segalanya. Masih ingat dengan ungkapan: Makan nggak makan asal kumpul? Itulah keunikan bangsa Indonesia. Aku pilih mana? Filosofi orang Jepang atau orang Indonesia? Jelas dong Indonesia. Bukan hanya karena orang Indonesia, tapi dari nurani ku bilang bahwa keluarga yang utama. Kita akan kembali padanya, gagal atau sukses. Dan, selalu yakin bahwa keluarga akan selalu menerima kita apa adanya. Lalu pentingkah etos kerja yang seperti orang Jepang tersebut?
Tentu saja sangat penting. Sebenarnya, etos kerja orang Jepang sangat bagus di aplikasikan kepada segala hal. Bahkan dalam lingkup keluargapun bagus. Mereka beranggapan bahwa dengan bekerja semaksimal mungkin akan membawa dampak yang bagus untuk sosial.
Baca Juga:
Ada pernyataan menarik yang aku dengar dari seorang expatriat Jepang tahun 2015 lalu. Dia bilang, “aku mempertanyakan segala kerja kerasku sedari kecil sampi setua ini. Aku kerja dengan sungguh sungguh dalam pekerjaan, sampai mengorbankan kehidupan pribadi. Lalu apa yang aku dapat? Kehidupan masyarakat Jepang bahkan tidak semaju dulu lagi. Apa aku gagal?” Ketika mendengar itu, aku kaget. Bagaimana bisa seorang Jepang berkata demikian? Aku kira apapun hasilnya, setiap kerja keras harus disyukuri. Karena yang terpenting adalah kita telah berusaha sekuat tenaga bukan?
Nah, etos kerja apa saja yang dipunyai orang orang Jepang. Berikut ini adalah etos kerja yang sering aku lihat dan aku lakukan selama di Jepang.
1. Teamwork
Yang namanya Teamwork ini emang mutlak banget. Mereka sangat menekankan teamwork. Bahkan selalu diingatkan bahwa jika salah satu dari kita nggak masuk kerja, maka teamwork akan pincang, Makanya kita harus selalu menjaga teamwork ini.
2. Disiplin
Dimanapun tempat kerjanya, yang namanya disiplin emang diperlukan, Jika kita nggak disiplin, maka kerjaan nggak akan beres dan sesuai target.
3. Tepat waktu
Ini yang paling aku landasi banget selama di Jepang. Mungkin jika di Indonesia. Kita akan janjian jam 10 di mall Bekasi, maka kemungkinan kita akan kumpul jam 11. Hayo, bener kan? Kalo di Jepang, hal ini nggak berarti. Jika janjian jam sepuluh, minimal datang adalah pas jam 10. Minimal? Iya, aku harus datang seharusnya minimal 15 menit sebelumnya. Dan, alhamdulillah aku praktekan selama di Indonesia juga.
4. Training sepanjang waktu
Aku pernah bekerja di beberapa tempat, jadi aku pernah megalami hal hal tentang training. Training intinya adalah kita belum tahu apapun dan orang lain akan selalu mentraining kita, mengajari kita, mendidik kita. Di Indonesia, kalo udah dijelasin ya udah kita harus ngerti. Kalo di Jepang, nggak mengerti ya diajarin lagi sampai bisa. Misal kita nggak bisa terus? Ya jika kita dimarahi ya wajar. Dan kita harus legowo menerima nya karena kita masih belum bisa. Tapi, bagusnya orang Jepang adalah akan terus diajari sampai bisa. Hal ini aku pernah saksikan sendiri ketika di Jepang. Sampai satu titik bahwa orang tersebut nggak bisa diajarin lagi. Berapa lama? Setahun lebih! So, kalo kamu baru diajari atau mengajari beberapa bulan terus marah marah. Pikirkan lagi, training itu proses yang panjang.
5. Life Time Employment
Orang Jepang jika masuk perusahaan tertentu, jarang gonta ganti pekerjaan, kecuali baito. Mereka akan mengabdikan dirinya pada perushaan sampai masa pensiun tiba. Makanya jangan salah orang Jepang begitu mencintai perusahaannya jika telah pensiun karena hampir sebagian hidupnya untuk perusahaan tersebut. Kita? Gaji kurang, pindah kerja. Nggak enak, pindah kerja. Hahaha
6. Senior dan Junior
Senioritas disini sangat kental sekali lho di Jepang. Tapi, bukan kayak di Indonesia yang senioritas ini tunjukan. Kita sering mendengar bahwa ada bullyan dari yang atas atau orang yang menjabat posisi lebih tinggi menekan yang posisinya lebih bawah. Di Jepang emang nggak ada? Adalah…Cuma nggak sebanyak di Indonesia. Senior selalu memberikan tips trik pada junior agar bisa memajukan perusahaan bersama sama.
7. Kaizen
Kaizen, atau bahasa bebasnya adalah perbaikan. Produk ataupun kualitas diri harus terus diasah agar selalu lebih baik, inilah yang dinamakan kaizen.
8. Tamu raja atasan dewa
Hampir mirip dengan Islam ya, tamu adalah raja dan atasan adawal dewa. Benar banget. Seorang tamu itu adalah raja yang patut dihormati dan dilayani karena telah dengan baik hati mengunjungi kita. Atasan juga selalu memberikan kebaikan pada bawahan maka selalu disebut dengan dewa. Terus, harga diri kita nggak ada dong? Ada dong, kita kan hebat sampai raja aja mengunjungi kita. Terus kita pelayan dewa? Bukan…malahan dewa yang memberikan kebaikan untuk kita langsung. Im so blessed.
9. Malu pulang cepat
Nah ini nih yang aku masih agak kurang sreg. Mereka malu jika pulang duluan. Kalo aku sih jika sudah nggak ada pekerjaan dan jika sudah saatnya pulang, ya pulang. Terlepas kita mau main atau nggak dengan teman sejawat. Yang penting kita sopan bilang pulang dan ya its natural to go home when your job time is over.
10. Tidak ada pekerjaan remeh
TOP banget nih. Mereka nggak meremehkan pekerjaan apapun. Aku aja yang kerjanya cuma menggulung kubis selalu diingatkan bahwa pekerjaan ini nggak remeh. Kita memberikan makanan yang sehat dan bergizi untuk orang lain, Itu suatu kebanggaan.
11. Teliti
Gila, mereka itu teliti banget. Terus kalo salah, mereka akan mencak mencak dengan seenaknya.Dalam artian sesuai kesalahan sih, nggak berlebihan. Cuma kan, kalo orang Indonesia kan misalnya membuat kesalahan, maka ya “Mau bagaimana lagi”, atau “Ya sudahlah, nanti jangan diulang”. Kalo mereka kayaknya membekas gitu deh. Hihi. Ga emua orang ya.
12. Kakunin atau memastikan
Apa yang diminta ataupun jika belum pasti info dan sumbernya, maka kita harus kakunin alias memastikan terlebih dahulu.
Bagimana? Sudah tahu kan etos kerja Jepang yang kelihatan banget? Makanya terkadang kita sering mendengar Japanese itu gila kerja. Emang. Karena mereka sampai segitunya. Tentu saja aku juga bisa ya. Bahkan kita sebenarnya bisa. Kita ambil baiknya, buang buruknya. Semoga bisa menyebar kebai8kannya. Toh buat negeri kita juga kalo bagus mah.