Fujiharu.com – Apa yang akan kamu lakukan agar aplikasi resume ke Harvard University atau Yale University bisa bernilai excellent? Kamu harus istimewa! Salah satu hal yang membuat istimewa adalah menjadi President Debate Club. Tapi, hanya dua orang yang menjadi anggotanya. Dan mereka berdua merasa bahwa dirinya istimewa!
Persaingan masa SMA adalah persaingan yang sangat luarbiasa Intense. Apalagi persaingan ini demi ego nya sendiri untuk memasuki tempat pendidikan yang bergengsi.
Going To Harvard or Yale University
Lona Skinner dan Bennet Russell adalah dua anggota debate club yang menginginkan dirinya menjadi presiden debat agar resume yang akan mereka kirimkan ke Harvard dan Yale terlihat sempurna. Tapi, hal ini terganjal karena club hanya terdiri dari dua orang tersebut dan keduanya nggak mau menjadi wakil presiden. Merekapun berkonsultasi dengan kepala sekolah sampai berujung bahwa mereka adalah wakil presiden keduanya. Nggak ada presiden dalam debate club.
Baca Juga:
Persaingan antara Lona dan Bennet bukan hanya terjadi dalam hidup mereka, tapi kedua orang tuanya juga saling berkompetisi semenjak SMA sampai sekarang. Bahkan, ketika pengumuman hasil debat akan diumumkan, keduannya saling sindir yang berakibat anaknya sendiri justru gagal dalam pertandingan debat individu.
Sejak mereka kalah dalam debat individu, pastinya resume ke universitas terkenal akan sirna dan sudah dipastikan mereka akan kalah dengan saingan lainnya. Tapi, ada cara agar mereka bisa kembali memenangkan dengan bersatu dalam satu tim untuk debat selanjutnya.
Karena keduanya saling benci sejak kecil, sangat tidak mudah bagi mereka untuk bersatu. Perbedaan pikiran dan cara mengolah proses informasi membuat mereka semakin benci satu sama lain.
Kerja keras perlu, jangan lupa have fun
Tapi, demi tujuan utama agar masuk ke universitas ternama, mereka harus sedikit demi sedikit mengesampingkan ego dan harus bekerjasama. Disaat semakin baiknya kerjasama mereka dalam kompetisi debat selanjutnya, informasi menyakitkan datang. Aplikasi mereka ditolak Harvard maupun Yale. Hal ini sangat memukul kehidupan mereka. Usaha yang mereka lakukan selama ini seolah tidak ada hasilnya. Bekerja keras, disiplin bukanlah satu satunya kunci utama untuk mencapai kesuksesan. Sampai, mereka ingat bahwa mereka juga harus have fun dalam segala suasana.
Cara pikir merekapun diubah. Mereka ingin sekali seperti anak SMA lainnya. Bukan menjadi seorang yang kutu buku dan selalu di perpustakaan seperti yang sering dilakukan selama ini. Tapi sesekali harus banyak menonton football, melemparkan jawaban saat ujian atau bersenda gurau dikelas.
Kekalahan demi kekalahan terus mereka alami. Tapi karena kini mereka sudah sadar, mereka lebih menerima apa yang terjadi dan harus have fun disetiap suasana.
Apakah kondisi ini sama dengan masa SMA mu?