FUJIHARU – Pernah kerja di restoran siap saji atau restoran sushi di Jepang? Berapa gaji baito atau paato di restoran sushi? Aku akan ceritakan pengalaman bekerja di restoran sushi saat di Jepang dulu.
Awal mula bekerja di Restoran Sushi Jepang
Kerja di restoran sushi Jepang merupakan pekerjaan pertama saat aku datang di Jepang. Aku datang bertiga dengan teman untuk interview dan akhirnya diterima. Aku ditempatkan dibagian belakang untuk membuat sushi dan bersih bersih bersama satu teman dari Jawa. Satu temanku yang cantik dan pinter: Husna di tempatkan di reji atau bagian penerimaan tamu dan kasir.
Baca Juga: Bagaimana rasanya dipecat dari pekerjaan di restoran sushi Jepang
Kerja di perusahaan Jepang merupakan Neraka bagiku
Saat awal aku bekerja, aku tidak bisa bisa dalam membuat sushi. Aku yang sebelumnya belum pernah membuat sushi harus menghapalkan berbagai jenis sushi. Sushi juga terkadang berubah setiap bulan agar ada variasi. Alhasil aku yang masih belum mengerti tambah tidak mengerti.
Aku setiap hari dimarahi oleh tencho atau semacam manager restorannya. Leader leader juga kayaknya kesel banget dengan aku. Aku juga ingin bisa dan membantu tim, tapi karena aku tidak bisa bisa, mau bagaimana lagi?
Selain karena aku lama dalam menghapal cara pembuatan sushi yang banyak, aku juga sering menjadi incaran tencho karena jenggot aku yang selalu tidak dicukur.
Siapapun karyawannya, ketika masuk restoran harus selalu bersih. Kumis jenggot jambang semua harus klimis. Diawal interview juga diberitahu, cuma karena aku pikir dalam agama Islam itu adalah identitas muslim, maka aku keukeuh untuk tidak mencukur jenggot. Biasanya aku hanya mencukur klimis kumis.
Karena tindakan itulah aku sering dimarahi oleh tencho. Yang akhirnya tencho bilang: yamete kudasai! Dan seketika aku merasa harus mundur. Aku sama sekali tidak kecewa karena aku yakin jika alasannya tentang agama, maka Allah akan bantu. Bener saja, aku merasa lega. Aku sama sekali tidak sedih. Sedih! Cuma karena sedih harus berpisah dengan teman teman kerja saja. Malahan kerjaanku setelahnya lebih nyaman dan bertemu dengan sahabat dan gaji yang lebih besar.
Namun, justru puncak kemarahan itu telah membuka tabir kebaikan baru. Aku semakin bersemangat kerja dan semakin bisa bekerja. Bahkan sering dipercaya tencho untuk mengerjakan berbagai pekerjaan.
Aku sebenarnya hanya minta waktu istirahat yang 45 menit dibagi dua untuk sholat dhuhur dan ashar, tapi karena perusahaan mempunyai aturan sendiri, akhirnya aku resign dari restoran sushi Jepang tersebut.
Meskipun pada akhirnya aku resign dari restoran sushi Jepang, aku bahagia dan merasa bangga. Aku keluar dengan menjadi seorang yang dipercaya tencho, bukan seorang yang kalah dalam pekerjaan.
Baca Juga: Bekerja di Perusahaan Jepang – Gaji Besar
Jam kerja di Restoran Sushi Jepang
Untuk jam kerja, semingg kurang lebih 28 jam. Terkadang aku bekerja 4-5 jam sehari. Dalam seminggu aku bisa libur 2 sampai 3 hari. Sisanya aku gunakan untuk jalan jalan dan ke perpustakaan untuk baca baca buku.
Gaji di Jepang berapa?
Untuk gaji di Jepang sangat bervariasi. Jika aku bekerja di hari biasa, maka perjamnya sekitar 800an, tapi jika bekerja di sabtu dan minggu, maka gaji akan naik. Btw, jika jam kerja kita melebihi jam 10 malam, maka akan ada tambahan beberapa yen lagi. Asyik kan? Makanya aku berusaha dapat lemburan ketika bekerja di hari sabtu atau minggu.
Btw, aku bukan bekerja full sebagai karyawan restoran sushi tersebut, tapi hanya sebagai baito atau paato. Orang orang menyebutnya kerja paruh waktu.
Meskipun kerja paruh waktu, alhamdulillah aku bisa survive. Aku bisa mendapatkan gaji sekitar sampai 13 juta atau 15 juta. Seringnya ya dibawahnya sih. Hehehe.
Bagi kalian yang ingin tahu lebih lanjut, bisa cek video di Ojichan Story ya. “Bekerja di restoran Sushi Jepang”.
Semoga informasi terkait pengalaman aku bekerja di restoran sushi Jepang di Maebashi Gunma Jepang bisa memberikan gambaran tentang bekerja d Jepang. Aku tahu banyak cara bekerja di restoran Jepang, etikanya seperti apa, SOP nya bagaimana, dll.