FUJIHARU – Malam ini terjadi obrolan yang cukup serius akan masa depan. Kamu akan kemana setelah ini? Iya, setelah belajar sekian tahun di Jepang? Apakah cita cita kamu terlaksana? Apakah hidupmu lebih baik? Apakah targetmu terkejar? Sudah bisa membahagiakan orang sekitarmu? Diusiamu yang segini nggak ingin berkeluarga? Semua pertanyaan bergelayut. Bagaimana masa depanku nanti? Suram? Cerah? Kok jadi khawatir ya. Normalkah?
Di Persimpangan |
Apakah yang aku lakukan ini benar? Ah….serasa semua hal menjadi suatu yang mengkhawatirkan, meresahkan, membuatku semakin baper, layaknya anak muda yang dirundung akan cinta. Apakah masih wajar diusiaku yang menginjak angka sekian untuk mengalami yang rasanya gundah gulana terkait hidup ini? Wajarkah? Apakah ini hanya karena efek tidak bekerja?
Entahlah. Apakah ini yang dirasakan orang orang ketika menginjak ke tahap selanjutnya. Teman teman seumuran sudah menikah, punya anak dan bisnis yang merajalela, sedangkan aku? Masih berkutat pada diri sendiri. Kekhawatiran ini mungkin dirasakan oleh orang orang yang telah lanjut usia. Tapi wajarkah?Apakah ini yang dinamakan putus asa dalam hidup? Serasa semua hal tidak benar dan salah. Jangan khawatir, tidak ada sebersit pikiran untuk mengakhiri hidup ini hanya karena khawatir akan masa depan. Tapi, ketika semua hal terasa salah dan ada yang nggak beres, bukankah harus diperbaiki? Tapi darimana? Apakah diperbaiki dari belajar? Membagi waktu? Semakin pintar? Pekerjaan yang mapan? Atau apa? Atau ini yang dinamakan kecewa pada dunia?
Baca Juga:
Apakah ini tanda kalo Allah sedang mengingatkanku akan tujuan hidup yang lebih utama selain dunia? Saat ini memang saat paling krusial tentang hidup. Aku seolah berada di persimpangan jalan yang harus memilih, apakah agamamu atau duniamu? Dua hal yang begitu menggoda. Terbesit keinginan bahwa dunia ini hanya sementara, jadi gunakan sebaik mungkin untuk hura hura, melakukan hal yang keren dan seru bersama teman, tapi disisi lain juga ada rasa rindu yang membuncah di dada bahwa semua yang dilakukan di dunia hanya fana, setelah melakukan semua kesenangan di dunia, bukankah setelahnya kita merasa sendiri? Sedih seolah ada yang hilang. Inikah lubang kehilangan atau lubang kekecewaan yang menganga pada dunia yang seharusnya diisi dengan agama islam?
Semua terasa fana |
Ah,,,,sok berfikir dalam. Tapi, mungkin itulah kenyataannya. Ketika sedikit mencolek rasa agama, bukankah rasa tentram engkau dapatkan? Bukankah setelah menghirup harumnya perintah agama damai tercipta? Meskipun terkadang terjadi korsleting ketika agama dan duniamu berbenturan.
Allah…tuhan segala hal. Ini semua adalah kepunyaanmu, maka inikah jalan baik yang harus aku rasakan? Apakah aku mampu?
Belajar ikhlas dan bersyukur sepertinya harus diasah lagi. Semoga dengan lebih dekat denganmu bisa meredam semua kekhawatiran akan masa depan.