Fujiharu.com – Perjalanan kali ini menyeramkan, nggak seperti biasanya. Ke tengah hutan(?) yang gelap gulita. Ngeri banget. Bentuk bentuk film alien keluar semua dikepala. Kok bisa sih? Emangnya jalan jalan kemana? Kanon sama, Takasaki, Gunmaken.
Waduh, judulnya provokatif banget. Emang! Tapi sebanding dengan seprovoke hati kita ketika melakukan perjalanan ini. Dag dig dug!
Hal yang paling menyenangkan selama berada di Jepang adalah kita bisa pergi kemanapun yang kita suka dengan aman. Ya, aman. Catet ya, aman disini karena selama berada di Jepang, belum pernah membaca ataupun melihat informasi ada begal, dll. Kikikiki, tapi kalo kecelakaan ada sih. Atau karena aku nya aja yang nggak baca koran dan juga nggak lihat berita di TV sini. Hahaha lebih tertarik ama film di PC.
Apa sih Kannon Sama
Jalan jalan kali ini adalah ke Kannon sama atau disebut juga Byakuei Dai Kannon, destinasi turis yang banyak dikunjungi karena keindahannya.
Kuil diatas bukit |
Karena aman, aku sering jalan-jalan dengan sepeda yang orang sini sering bilang Mama chari. Dengan sepeda ini, aku bisa mengayuh ampe berkilo-kilo. Bahkan pernah ke Isesaki yang jaraknya cukup jauh, mungkin sekitar 15-20 km dari tempatku berada. Meskipun jauh, naik sepeda disini sangat nyaman. Soalnya mobil juga sangat hati-hati pada pejalan kaki atau pengendara lain. Beda banget kalo di Indonesia. Kita berjalan di jalan raya itu serasa dihantui malaikat maut yang kapanpun bisa aja mencabut nyawa kita. Wuih syerem!
Selama menggunakan sepeda, aku pernah ke Isesaki dengan menelusuri Tonegawa River, Shibukawa, Takasaki Mosque, dll. Berkat sepeda ini, aku bisa melihat berbagai pemandangan indah di Jepang selama diperjalanan.
Menuju kuil sekitar Kanon sama |
Salah satu partner yang sering jalan atau setidaknya satu pemikiran adalah Irfan. Namanya mirip ama temen waktu kuliah di Bandung dulu. Dia ini anak jawa, pinter lho! Rajin banget orangnya. Pantesan udah lulus N3 meskipun baru beberapa bulan belajar bahasa Jepang di Maebashi. Gimana nggak keren, aku pernah ngintip buku kanji nya udah full diisi. Sedangkan punya aku? Boro boro diulang dan diisi, baca aja nggak. Hahahahah. Ngebayangin dia itu kayak Hermione. Hahahahah tapi anaknya asyik banget dan nggak baperan. Jadi enak kalo hahahihi ama dia. Apalagi kalo menyangkut gebetannya di kelas. Wakakakakak. Stststststt!!! Rahasia. Tunggu tanggal mainnya, meskipun kita semua tahu. Apa sih? Kikiikikiki. Becanda!
Pelataran bawah kanon sama |
Perjalanan saat musim panas
Cerita Kannon sama nya mana? Nah, kita udah rencanain ke Kanon sama ini udah cukup lama, tapi karena ada keperluan lainnya, maka sering tertunda. Dan puncaknya adalah kita bisa menyatukan jadwal kita dan pergi ke Kanon sama di Takasaki. Kita berangkat dari apaato SW 302 sekitar pukul 17.00. Cukup sore, tapi karena sekarang musim panas, maka matahari akan tenggelam sekitar pukul 19.00. Lama juga ya. Kalo di Indonesia udah Isya dan gelap gulita.
Kanon sama itu mirip dengan Dewi Kwan Im atau ada yang menyebutnya Kwan Yim statue. Siapa sih dia? Aku juga kurang tau, pokoknya semacam goddess itu. Efek nonton Kera Sakti saat kecil dulu. Patungnya tinggi menjulang. Ya…mirip patung Yesus di Rio Jenerio itu. Pokoknya ada di puncak dataran tinggi. Jika kita kesini, hampir wilayah takasaki bisa dilihat. Onsen sekitar kanon sama juga asyik lho, meskipun kecil. Aku pernah ke onsen ini bersama teman jepangku. Cuma sayang agak mahal, sekitar 650-700 yen. Yang bikin mahal tempatnya kali ya, agak susah dijangkau jika nggak punya kendaraan. Soalnya kalo ke onsen itu enaknya pas sore atau malam hari.
Kuil dekat Kanon Sama |
Perjalanan yang jauh dari Maebashi ke Takasaki tidak menyurutkan niat kita ke tempat tersebut. Dengan berbekal Mapsme yang offline, kita ke tempat tersebut. Intinya adalah dekat dengan Takasaki eki.
Asyiknya jalan jalan saat summer
Alhamdulillah, meskipun lagi musim panas, udara saat itu cukup bersahabat dan mendung, jadi asyik buat jalan-jalan. Banyak sekali tempat baru yang kita lewati di sini. Sawah dan bangunan silih berganti seperti tayangan film yang berputar. Tawa dan canda tentang segala hal kita kupas abis. Nggak ada topik yang habis selama perjalanan. Mungkin itulah asyiknya jalan dengan sahabat yang punya passion yang sama.
Baca Juga:
Perjalanan Jauh
Gila, jauh juga ya. Untuk sampai Takasaki, kita sampai memerlukan waktu sekitar 2 jam lebih. Itupun baru di sekitar tempat parkiran. Lalu katanya naiklah 100 meter lagi untuk sampai ke tempatnya. Karena kita kurang mahir kanji, tulisan 観音様、dibaca Kakuon sama, padahal yang tepat adalah Kanon sama. wakakakak. Kita naik ke atas yang kemiringannya sekitar 45 atau 50 derajat kali ya. Nggak bisa kita naikin tuh sepeda. Kikiki saking tingginya. Pas udah diatas, kita bingung, soalnya ada tulisan yang bilang bahwa Kanon sama ada dibawah. So, kita muter dan alhamdulillah ketemu ama gadis Jepang, katanya kita harus ke arah kiri. Kita ikutin saran dia. Tapi kok sesuai data harusnya kebawah. Karena lebih percaya papan info, kita balik kebawah lagi dan ke arah parkiran.
Disini kita cek peta dll, disini juga ada versi miniatur Kanon sama. Wah,…..ada juga gua. Ngeri.
Sebelum ke area Kanon sama, kita sebenarnya ke kuil Mizudera, yang untuk mencapainya, kita seolah menuju tangga surga. Pantesan kalo di film Cina sering banget ada istilah tangga ke langit dll. Ternyata Jepang juga sama. Kita kudu naik tangga yang jumlahnya ratusan dan bikin gempor. Tapi yang bikin tetep ingin ke puncak pastinya karena kanan kiri pemandangannya tidak mengecewakan. Pemandangan yang hijau dan indah bisa juga kita lihat dari atas kuil ini.
Hampir menyerah
Setelah balik dari Kuil Mizudera, kita menuju Kanon sama. Setelah kita bolak balik mencari Kanon sama dan nggak ketemu, aku menyerah.
“Fan, kita pulang aja yuk. Udah jam 7 malam juga.”
Kita berada disekitar kawasan hutan yang cukup gelap. Kalo untuk sampai ke Kanon sama kayaknya lebih gelap dan jauh lagi. Irfan meyakinkan bahwa sangat sayang kita pulang, padahal tinggal bentar lagi sampai. Tapi, melihat peta yang menuliskan angka sekitar 1,4 km menuju Kanon sama dari tempat kita berada cukup membuat aku ngeper. Kalo berupa turunan mungkin nggak ada masalah. Ini? Tanjakan. Meskipun hanya sekitar 100 meter, tapi beratnya bikin kepala pusing dan jantung berdetak keras. Bagimana jika 1,4 km? Dan, diiringi oleh semangat Irfan untuk mencari Kanon sama dan juga curiosity yang akhirnya terbangun, yosh! Kita melanjutkan petualangan. Kita ke atas lagi sambil menuntuk Mamachari tercinta.
Suasana menakutkan
Alhamdulillah, ada dataran yang cukup landai, sehingga bisa untuk dinaiki meskipun agak berat.
Hal yang dinanti dan menakutkanpun terjadi! Ya, diujung mata sekitar 10 meter dari sepeda, ada dua belokan yang membuat aku cukup ketakutan dan berharap bukan itu jalannya. Semoga arahnya ke kiri! Tapi…it just my imagination! Kita ke arah kanan!
Perasaan takut dan cemas terbentuk tiba tiba. Sebelum berbelok juga ada tanda bahwa ada binatang liar yang di lindungi. Binatang macam apa yang dimaksud? Pikiran liarpun menari diatas kepalaku.
Jalanan yang kita lalui adalah jalanan tanah yang ditutupi oleh kerikil kerikil tajam. Kanan kiri jalan berupa jurang yang kita sendiri tidak tahu berapa dalamnya. Yang pasti banyak pepohonan. Jika jatuh dan berguling dipepohonan itu,,,,entah apa yang terjadi. Gelap banget!
Suara gagak hitam yang saling bersahutan membuat malam terasa menakutkan. Suara serangga tonggeret musim panas semakin membuat malam terasa lebih gelap dan dalam. Angin dan dedaunan yang bergesakan seolah menampilkan sosok-sosok tak terlihat yang sedang mengawasi dari balik pohon, menunggu kita yang tidak waspada dengan taring dan cakar tajamnya. Mata sinis penunggu hutanpun haus akan ketakutan yang telah kita sebarkan. Mereka siap melahap segala ketakutan dan kecemasan kita layaknya dementor yang siap menghirup napas kebahagiaan kita sampai tak bersisa. Bermacam pikiran aneh dan buas dari film yang pernah ditonton serasa berhamburan. Apakah aku akan jatuh dan ditolong? Akankah aku akan dibawa ke dunia mereka seperti Momotaro? Akankah aku akan menginap di hutan ini ketika malam gelap sampai bantuan datang? Tersesatkah? Tidak…….
Sepeda yang didesain hanya untuk jalanan yang datar terasa susah dikayuh di dataran tinggi ini.
Ketika ada belokan, Irfan menyarankan untuk belok kiri, tapi aku memaksa bahwa kita kudu tetap lurus. Dan, alhamdulillah kita lurus setelah yakin ada papan penanda arah.
Selama setengah jam itu, kita tidak ngobrol apapun, hanya ucapan “Fan, tunggu”, karena tidak berani untuk ngomong apapun. Bahkan, aku tidak menoleh sedikitpun kebelakang. Takut! Pikiran liar ada sesuatu yang mengikuti semakin terasa, apalagi ketika di Kuil Mizudera, aku serasa diikuti oleh seorang biksu. Ya, dia mengikuti dari tangga bawah sampai atas. Dan aku merasakannya! FYI, terkadang aku bisa merasakan hal hal mistis.
Alhamdulillah, ternyata ada perkampungan di Kanon sama. Tuhan, baiknya Engkau! Patung raksasa Kanon sama yang berwarna putih berdiri menjulang di tempatnya. Kanan kiri menuju tempat tersebut adalah rumah penduduk yang menjual souvenir, dll. Alhamdulillah…perlahan rasa takut yang terkumpul mulai terurai.
Disitu, aku langsung cari mapsme dan rute lain untuk jalan pulang. Jika jalan pulangnya hanya jalan tadi, aku akan putuskan untuk tetap tinggal di sekitar patung Kanon sama daripada pulang dijalan yang sama saat menuju Kanon sama. Ogah!!!!! Lebih baik kedinginan di atas puncak bukit daripada lewat jalan tadi. Dari Mapsme diinfokan bahwa ada jalan pulang yang lebih aman dan asyik.
Iyalah…cuma lurus, nggak harus kayak jalan tadi. So, setelah ada jalan singkat lain, aku bisa lebih tenang dan bisa menikmati keindahan ini.
Kita berfoto di sekitar kanon sama. Wow! pemandangan yang luar biasa. Inilah yang paling aku suka juga dari Jepang, tempat wisatanya murah dan bagus. Kalo kita mau naik ke dalam kanon sama, kita cukup bayar 300 yen dan anak anak 100 yen. Beberapa pengunjung masih ada, ya lebih tepatnya orang yang jogging dan juga berdoa di kuli tersebut. Kita menyebutnya orang yang sedang mengaji.
Setelah puas menikmati pemandangan, kita pulang. Saat itu sekitar setengah sepuluh. Kuil juga sudah dimatikan lampunya. Saat pulang, jalannya ternyata sangat bagus sekali. Alhamdulillah kita tidak perlu lagi untuk mengayuhnya, cukup mnegeremnya saja, tapi karena rem aku sangat spesial, bunyinya ampe memekakkan telinga. Maaf ya. Tapi seru. Kita meluncur tanpa hambatan. Wah,,perjalanan yang luarbiasa. Next trip kita adalah Akagi san. Semoga kesampaian.