FUJIHARU – Ini adalah pengalaman aku mengikuti tes bahasa Jepang JLPT di Universitas Persada (Unsada) di Jakarta. Sepertinya lebih dari setahun atau 2 tahun baru ikut tes lagi. Aku akan berbicara tentang bagaimana perbedaan tes JLPT Indonesia dan JLPT overseas alias luar negeri dan beberapa pengalaman yang aku alami selama mengikuti tes JLPT.
JLPT itu apa?
Aku yakin, kamu yang baca artikel ini pasti mengerti bahwa JLPT adalah ujian bahasa Jepang bagi pembelajar bahasa Jepang di dunia. Tes ini diadakan setiap dua kali dalam setahun dibulan Juli dan Desember di minggu pertama. Hasil tes biasanya untuk mengukur kemampuan bahasa Jepang, untuk pekerjaan, untuk syarat sekolah atau sekedar ingin tes bahasa Jepang.
Untuk registrasi atau pendaftaran online, kamu bisa daftar di JLPT Indonesia atau JLPT Overseas.
Fee JLPT atau Biaya tes JLPT yang perlu dikeluarkan untuk tes JLPT sekitar 120 ribu rupiah sampai 220 ribu rupiah. Kamu bisa daftar, login, dan mengetahui result atau hasilnya di JLPT Indonesia. Jika kamu mengikuti JLPT di Jepang, kamu harus bayar biaya tes sebasar 5500 yen. Cukup mahal, karena sekitar 600 ribu rupiah.
Tes tersebut digunakan untuk level tertentu. Bagi Kamu yang baru belajar bahasa Jepang, kayaknya JLPT N5 yang cocok, sampai yang mahir di JLPT N1. Uhuk, aku masih aja di N3.
Buku yang bisa kamu gunakan untuk belajar bahasa Jepang adalah Minna no nihongo atau soumatome.
Baca Juga: Tes bahasa Jepang JLPT Indonesia
Tes lain selain JLPT
Bagi kamu yang ketinggalan tes JLPT, bisa coba NAT test. NAT test juga mirip dengan JLPT, hanya tes pelaksanaanya lebih banyak dibandingkan JLPT (katanya). Kamu bisa cek website NAT Test langsung ya.
Persiapan yang terlupakan
Aku mengingatkan diri sendiri dengan menulis blog, misalnya hal yang harus dibawa saat ujian JLPT, tapi ternyata semua lupa. Hal yang telah dipersiapkan justru tertinggal.
Aku harusnya bawa data diri seperti KTP atau SIM, lalu kartu ujian, justru melupakan kartu ujian. Pas datang, justru aku melupakan kartunya. Alhasil ketika akan ujian, aku harus datang ke panitia dan izin terlebih dahulu untuk print di sekitar kampus universitas persada.
Baca Juga: Hal yang harus dibawa saat ujian JLPT
Kenapa bisa lupa?
Alasan aku lupa mempersiapkan JLPT adalah karena malam sebelumnya aku kehujanan di jalan. Ketika baju, tas seluruh badan basah kehujanan, aku mengeluarkan semua data penting karena takut basah dan rusak, tapi ketika pagi lupa untuk menyimpan kembali, alhasil lupa. Untungnya aku menyimpan data ujian di handphone, jadi aku bisa print ditempat.
Bertemu senpai dikampus dulu
Senang rasanya bisa bertemu dengan senpai di Bandung dulu. Ada Kage senpai dan Ito senpai, cuma karena ada ujian, kami nggak begitu banyak ngobrol, aku juga ada keperluan dengan teman sepulang ujian JLPT. Tapi sungguh, senang rasanya bisa bertemu mereka. Pas pulang bahkan aku bertemu dengan daisenpai Kang Iwan. Alhamdulillah masih kuat dan sehat.
Hal lainnya adalah JLPT diadakan sebagai ajang reuni teman kuliah dulu. Biasanya teman-teman dari berbagai daerah kumpul di Bandung. Tapi, aku baru ingat bahwa aku daftar di Jakarta, jadi nggak bisa bertemu teman teman di Bandung. Huks.
Saat Ujian
Saat ujian, aku diawasi oleh 3 orang pengawas yang terdiri dari satu perempuan dan 2 laki laki.
Alhamdulillah selama ujian lancar, meskipun aku kebanyakan ngantuk dan tuli karena nggak ngerti apa yang diucapkan. Hahaha kayaknya duit ratusan ribu berakhir dengan kata “gagal”. Harus mencoba lagi.
Kejadian menyebalkan saat ujian JLPT
Kepada mbak mbak dan mas mas, tolong baca booklet soal.
“Jangan buka booklet soal sebelum ujian”,
Tapi mereka malahan membuka soal JLPT. Bukan sebentar, tapi lama, aku melihatnya berkali kali. Dan pengawasnya nggak tahu saking baiknya atau bagaimana. Nggak menegur.
Jika kamu mau cek berapa lembarnya, kamu bisa buka bagian bawah nya doang, nggak perlu baca baca soal. Memang benar kamu nggak mengisinya, tapi cheating karena melihat soal terlebih dahulu.
Jika kamu melakukannya di Jepang, yakin 100%, kamu akan kena minimal kartu kuning, atau bisa jadi langsung kartu merah, alias dikeluarkan dari ruang ujian. Teman aku aja yang selesai ujian dan telah meletakan semua kertas ujian, dia reflek lagsung buka hape, lalu langsung kena tegur dan dapat salam dari kartu kuning yang artinya diperingatkan. Nggak boleh!
Kejadian membuka soal juga bukan hanya pas bagian moji goi, tapi juga pas choukai. Memang benar nggak begitu berpengaruh karena belum mendengarkan tape, tapi kamu telah membaca dahulu semua option 1,2,3, dan 4 di beberapa soal. Thats cheating!
Di Indonesia masih belum seketat di Jepang.
Mohon maaf, mungkin ini akibat aku yang kesusahan menjawab dan akhirnya memandang negatif tindakan mbak dan mas semuanya. Hehe.
Head hunter
Selesai ujian, aku melihat beberapa orang Jepang yang ada di sekitar universitas Persada setelah JLPT berlangsung. Mereka sepertinya dari head hunter untuk menjaring calon karyawan di perusahaan Jepang.
Aku mendapatkan pulpen dan beberapa lembar kartu nama dan leaflet dari Reeracoen. Mereka mirip sekali seperti lembaga pencari kerja semacam JAC atau Selnajaya. Aku menulis nama dan juga alamat email kepada mereka. Mereka bilang bahwa jika lulus tolong datang ke mereka agar bisa dicarikan pekerjaan. Hahah aku belum kerja, tapi udah lulus beberapa tahun yang lalu. Dahulu!
Baca Juga: Berapa Gaji Kerja di Jepang?
Selesai ujian JLPT
Agar semakin mantap kegiatan “kejepangan” nya, aku makan udon di daerah Galaxy Bekasi bersama rekan kerja. Rasanya nggak persis seperti udon yang ada di Jepang, cuma bentuk udonnya mirip sih. Cuma rasanya rasa Indonesia asli. Hahaha.
Untuk ujian JLPT di Jakarta kali ini, apa saran yang harus diperbaiki selanjutnya?
1. Denah ruang JLPT ditambahkan denah toilet
Jika ditambahkan, maka nggak ada lagi yang ngantri di satu tempat tertentu. Aku melihat antrian toilet yang panjang saat selesai ujian moji goi. Pas aku ke lantai bawah, aku justru menemukan toilet yang kosong melompong. Mereka nggak tahu.
Baca Juga: Denah Lokasi Ujian JLPT Jakarta
2. Harus tegas
Bagi yang membuka soal sebelum saatnya, tegur langsung. Thats cheating!
3. Administrasi
Jika ada yang kehilangan atau nggak bawa data ujian, cukup dengan menyiapkan ktp atau kartu identitas lainnya. Panitia bisa mengecek muka dan juga tanggal lahir di data mereka dan juga data diri peserta.
Aku pernah mengalami hal yang sama saat ujian di Jepang dulu. Aku cukup menyiapkan paspor dan langsung boleh ujian, tanpa perlu diceramahi panitia.
Baca Juga: Pengalaman ujian bahasa Jepang di Jepang
4. Cek kursi meja
Saat choukai, kursi meja yang ada di kelas banyak yang berbunyi “kreot” sehingga menggangu saat choukai berlangsung.
Untuk terakhir kalinya, aku berterimakasih karena bagiku JLPT di Universitas Persada kali ini kembali sukses. Untuk pengawas di kelasku juga terima kasih karena ada satu siswa yang belum masuk kelas saat choukai berlangsung dan kita diminta menunggu beberapa menit. Meskipun siswa tersebut dilarang masuk karena waktu yang diberikan untuk tolerasi telah lewat, bagiku patut diacungi jempol.
Bagi teman teman yang ingin lulus JLPT, aku yakin kamu bisa kok, hanya perlu fokus dalam mempelajari bahasa Jepang. Karena aku juga ketika fokus baru terasa bisa. Meskipun banyak yang nggak fokusnya. Hehe.
Taihen otsukaresama desu!